Ukiran Dayak Kalimantan
Rumitnya Ukiran Dayak
Ukiran adalah kegiatan mengolah permukaan suatu
objek trimatra dengan membuat perbedaan ketinggian dari permukaan
tersebut sehingga didapat imajinasi tertentu. Mengukir sering dihubungkan
pula dengan kegiatan memahat. Namun dua kegiatan ini berbeda, sebab
memahat lebih bertujuan untuk menghasilkan benda tiga dimensi, misalnya
patung dsb.
Ukiran Dayak merupakan kerajinan yang awalnya
diciptakan oleh suku yang mendiami Pulau Kalimantan. Seni ukir pada kayu
ulin ini memiliki bentuk yang dekat sekali dengan alam seperti bentuk
wajah dan tubuh manusia, tumbuhan, bunga anggrek, serta satwa. Ini juga
menjadi ciri khas Suku Dayak dalam membuat perkakas untuk keperluan
rumah tangga dan bentuk rumah adat mereka.
Rumitnya Ukiran Dayak
Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis ukiran populer
yang berasal dari Bali, Jepara, Yogyakarta, dan bahkan Cina. Hal ini
dikarenakan ukiran tersebut lebih mudah
dipahami dengan harga terjangkau dan mudah didapatkan di tempatnya
berasal atau sebagai komoditas ekspor dan impor yang tersebar secara
merata ke berbagai pelosok dunia.
Ukiran Dayak terkenal dengan kerumitan coraknya. Setiap goresan
pahatnya mengandung makna yang mendalam. Satu ukiran yang dibuat dapat
bercerita tentang penggalan ritual adat yang dilakukan dan tersisip
doa-doa dalam kepercayaan Suku Dayak.
Pengrajin ukiran ini dahulu memahat langsung kayu ulin dengan melihat
tanda-tanda di sekitar alam. Seiring perkembangan zaman dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan komoditas yang bernilai ekspor
ini, pengerjaan ukiran Dayak dilakukan dengan melihat contoh sketsa
dengan lama pengerjaan sekitar 3 sampai 4 bulan.
Seni ukiran Dayak bernilai jual relatif mahal dibandingkan seni
ukiran dari Bali atau Jepara karena kerumitan ini. Tiap detilnya
mengandung unsur kepercayaan yang tinggi terhadap nenek moyang.
Didalam perencanaan dan perancangan suatu bangunan/hunian kita dapat mengaplikasikan ukiran sebagai ornamen estetika atau bahkan untuk mempertegas langgam suatu bentuk arsitektur tradisional.
sumber dari Galeri Satsui Tubun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar